Jumat, 24 Juli 2009

seorang seniman dengan sendiri seorang nasionalis



Banyak orang mengatakan kesenian itu internasional. dari itu seorang seniman haruslah seorang bangsa nasionalis.ialah seorang yang tahu mengenal bangsa dan teman dari segala bangsa.jadi dengan sendirinya ia boleh tidak seorang nasionalis. Bukankah nasionalisme itu juga mempunyai warna politik?


Meskipun keterangan ini bagus dan menarik hati sekali,sebab " kemanusiannya" haruslah kita mengetahui baik buruknya(bagus) tadi. Kita mulai bertanya apakah seorang seniman itu ?


Sebelum seoranmg calon seniman menjadi seniman tulen, maka perlukah dia menguasai kebiasaan teknik keahliannya sebagai seorang ahli/tukang biasa.tetapi hal tidaklah cukup untuk mmenjadikan buah pekerjaanya bertaksu(jiwa) kalau dia tidak mempunyai dada yang berwatak. Si wataklah yang membuat seniman menjadi Goethe.


Si wataklah yang membuat seniman menjadi Cezane.


Si Wataklah yang membuat seniman menjadi Rodin, Heine, Berlage, Rembrant, Da vinci dan Multatuli.


Wataklah yang harus menjadi dasar calon seniman, yang hendak menjadi seniman tulen.


Dan salah stu faktor-faktor yang yang menjadi kebiasaanya adalah berani cinta pada Kebenaran. dan boasnya hal ini begitu berat bagi seniman.


sebab cinta tadi menimbulkan banyak konflik antara dia dengan tetangganya, dengan masyarakat, dan antara dia dengan dunia pada umumnya sebab dunia biasanya harus takut pada kebenaran। Cinta pada kebenaran tadi harus dibesarkannya dari hari ke hari. dari bulan ke bulan,dari tahun ke tahun,seumur hidupnya. edangkan dia boleh mengingkari tabiat tadi,tetapi dia harus selalu menahan pukulan konsekuensi yang timbuld dari waatak tadi. Semakin banyak pukulan tadi berarti dia harus semakin kuat berjuang menangkis pukulan dari sekelilingnya,maka semakin tambahlah ia membesarkan kesanggupannya menolak segala adat yang rendah.

Jadi tahulah kita sekarang seorang seniman itu seorang yang harus berani menuntut kebenaran dimana saja dia tinggal di dunia ini. Dia diberi Tuhan rasa yang halus. oleh sebab itu dia harus menjaga jangan sampai benang rasa tadi berkarat karena egousmenya, karena safety-fist nyakarena mata uang.

Dan kalau rasanya tadi tetap halus dan dia tidak mau dusta pula pada apa yang dirasa oleh rasa halus tadi,maka dia akan tak senanga kalau ada barang yang tak berharmoni: dia tidak akan senang kalau ada barang yang tak bagus. Dia akan memprotes barang yang salah, dia akan memprotes keadaan yang dirasa tidak adil dan dia akan rela hati menjeritkan rasa pedih manusia,bangsa,dan tanah tumpahnya dengn alat seninya, sebab rasa pedih tadi tak enak,tak bagus,dan sebab rasa pedih tadi tak berharmoni dan rasa perih tadi tak benar dan berarti bertentangan dengan tabiat cinta pada kebenaran.

Dengan sebab-sebab demikian maka dengan sendirinya seorang seniman akan menjadi seorang nasionalis, apalagi dikeadaan kita sekarang dan dengan sendirinya terjawab teori yang mengatakan bahwa seorang seniman boleh tidak seorang nasiaonalis. Tanpa melupakan cinta pada manusia lain di dunia internasional kita boleh mengatakan diri kita seorang internasionalis,sesudah kita bisa menjadi seorang nasionalis yang bagus. Bagaimana seorang seniman akan menggambarkan kesusahan dunia besar,kalau perasaan dia tidak sanggup mengerti dan tidak berani menggambarkan kejelekan keadaan nenek-nenek,ibu-ibu,paklik-paklik,teman-teman, adik-adik,dan bangsanya di dunia kecil ini.

1 komentar:

mohon tulis coment kritike yo...dulur