Candi Borobudur adalah candi kuno peninggalan agama Budha pada masa Dynasti Syailendra,yang diarsiteki oleh GUNDHADHARMA dan dibangun sebagai tempat semedi,atau untuk mengheningkan cipta.
Nama Borobudur
dari kata Boro dan Budur, Boro berarti kuil atau candi, dari bahasa sansekerta "Byara".Sedangkan Budur mengigatkan kita pada bahasa bali yaitu "Beduhur" berarti di atas bukit.
Candi Borobudur dibangun di atas bukit dengan bentuk piramida berundak. Candi ini terbuat dari susunan batu andesit yang jumlahnya lebih dari 2.000.000 blok batu. Apabila kita perhatikan lebih jauh candi ini berbentuk stupa akan tetapi bila kita mendekatinya,terlihat dua benda atau gaya bangunan. bangunan atas berbentuk stupa induk berlandaskan tiga teras bulat,gaya ini menggambarkan gaya arsitektur India. Sedangkan bagian bawah merupakan bangunan piramida berundak,berbentuk persegi berbentuk banyak.Bentuk ini menggambarkan gaya arsitektur Jawa,akan tetapi dua bangunan tersebut merupakan satu kesatuan,dan keseluruhannya menyerupai stupa.
Stupa yang ada di candi Borobudur sesuai dengan konsep agama Budha merupakan replika daripada alam semesta. Candi Borobudur tidak mempunyai ruangan di dalamnya. Kita hanya dapat melihat dan mengaguminya dengan berjalan mengelilingi candi tersebut yang disebut "Pradaksina"(berjalan dari arah kanan).Menurut agama Budha berarti memberikan penghormatan pada roh-roh baik.
Bangunan candi Borobudur terdiri dari tiga bagian yang besar.
Bagian pertama dinamakan "KAMADHATU" yang menggambarkan alam kehidupan manusia yang sudah dapat mengendalikan hawa nafsu dilambangkan oleh bagian pondasi.
Bagian ke-2 dinamakan "RUPADHATU" menggambarkan alam kehidupan manusia yang sudah dapat mengendalikan hawa nafsu akan tetapi masih terikat oleh bentuk.
Bagian ke-3 dinamakan "ARUPADHATU" yang menggambarkan alam nirwana atau "Sunyata",dilambangkan tiga teras berbentuk lingkaran.
Di relung-relung pada tingkat Rupadhatu terdapat arca sebanyak 432 buah,yang disebut "Dyani Budha" yang mempunyai sikap tangan yang berbeda.Sikap ini disebut "MUDRA".
Pada sisi sebelah Timur disebut "Aksobya" dengan sikap tangan Bumi Sparsa yang melambangkan kekuatan iman.
Sisi sebelah Selatan disebut "Ratna Sambawa" dengan sikap tangan Wara Mudra melambangkan cinta kasih.
Sisi sebelah Barat disebut "Amitaba" dengan sikap tangan Dyana Mudra melambangkan sedang bersemedi atau meditasi
Sisi sebelah Utara disebut "Amogasidha" dengan sikap tangan Abhaya Mudra melambangkan tidak takut terhadap bahaya.
Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:
Arca | Mudra | Melambangkan | Dhyani Buddha | Arah Mata Angin | Lokasi Arca |
---|---|---|---|---|---|
Bhumisparsa mudra | Memanggil bumi sebagai saksi | Aksobhya | Timur | Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi timur | |
Wara mudra | Kedermawanan | Ratnasambhawa | Selatan | Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi selatan | |
Dhyana mudra | Semadi atau meditasi | Amitabha | Barat | Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi barat | |
Abhaya mudra | Ketidakgentaran | Amoghasiddhi | Utara | Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi utara | |
Witarka mudra | Akal budi | Wairocana | Tengah | Relung di pagar langkan baris kelima (teratas) Rupadhatu semua sisi | |
Dharmachakra mudra | Pemutaran roda dharma | Wairocana | Tengah | Di dalam 72 stupa di 3 teras melingkar Arupadhatu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tulis coment kritike yo...dulur